TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis asuransi jiwa diproyeksi bangkit tahun depan. Kinerja penjualan produk serta pendapatan premi diperkirakan berangsur pulih sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional. Ketua Bidang Marketing dan Komunikasi Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Wiroyo Karsono mengungkapkan sinyal perbaikan sudah terbaca pada triwulan III 2020, dimana pertumbuhannya menunjukkan tren positif yaitu naik 2,5 persen dibandingkan triwulan sebelumnya, atau dari Rp 22,18 triliun menjadi Rp 45,29 triliun.
“Pertumbuhan ini masih didominasi oleh premi lanjutan, premi baru memang masih lemah,” ujarnya, Jumat 27 November 2020. Sebelum pandemi, rata-rata pertumbuhan premi industri asuransi jiwa per tahun bisa mencapai 20 persen. “Kami berharap tahun depan bisa kembali ke kondisi normal, walaupun mungkin belum tentu langsung setinggi itu karena butuh waktu,” kata Wiroyo.
Secara keseluruhan, total pendapatan premi hingga triwulan III 2020 masih mengalami perlambatan 7,8 persen, dari Rp 145,41 triliun tahun lalu menjadi Rp 133,99 triliun. Kondisi perekonomian yang membaik menjadi sentimen positif yang diharapkan mampu mengerek kinerja industri.
Menurut dia, tingkat kesadaran masyarakat akan kebutuhan berasuransi diperkirakan bakal terus meningkat, di tengah pandemi yang berkepanjangan. Khususnya, kebutuhan akan asuransi kesehatan. “Masyarakat tidak hanya memikirkan kemungkinan terkena Covid-19, tapi juga penyakit non Covid-19," kata dia.
Pertumbuhan klaim dan manfaat industri juga mulai terjadi pada triwulan III 2020, yaitu melonjak 26,7 persen dari triwulan sebelumnya menjadi Rp 39,88 triliun. Adapun jenis klaim dengan pertumbuhan tertinggi adalah klaim meninggal dunia, dengan pertumbuhan sebesar 20,4 persen.